Sejarah Candi Penataran

Di dalam Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca (1365), dijelaskan bahwa Raja Hayam Wueuk, yang saat itu memerintah Kerajaan Majapahit di tahun 1350 sampai 1389 M, mengunjungi Candi Penataran dalam lawatannya di daerah Jawa Timur. Raja Hayam Wuruk berkunjung ke candi ini dengan tujuan untuk memuja Hyang Acalapat, yang merupakan perwujudan Dewa Siwa sebagai Girindra atau Raja Penguasa Gunung. Di dalam sumber lain, yakni sebuah kronik dari abad XV, disebutkan bahwa Candi Penataran merupakan tempat yang digunakan sebagai sarana belajar agama dan tempat ziarah yang ramai pengunjungnya. Kronik ini mengisahkan perjalanan seorang bangsawan Kerajaan Sunda ke Candi Penataran yang di dalam kronik itu disebut sebagai Rabut Palah.
Penemuan Kembali Candi Penataran
Penemuan kembali situs sejarah Candi Penataran ini terjadi di tahun 1815. Hal ini diketahui dari catatan seorang penjajah Inggris bernama Sir Thomas Stamford Raffles. Raffles merupakan Gubernur Jendral Pemerintah Kolonial Inggris pada saat itu. Meski begitu, sampai dengan tahun 1850 tidak begitu banyak dikenal orang dan cenderung diabaikan. Di tahun 1995, Candi Penataran sempat diajukan pemerintah sebagai calon situs warisan dunia UNESCO dari Indonesia. Saat ini, Candi Penataran sudah mendapat perhatian dari pemerintah dan sudah mengalami proses pemugaran. Candi Penataran merupakan salah satu tujuan wisata yang diunggulkan oleh Blitar dan Jawa Timur.
Arsitektur Candi Penataran

Berbeda dengan arsitektur candi di Jawa Tengah, pola susunan candi Jawa Timur cenderung linear tak beraturan. Kita mengetahui sebelumnya bahwa candi di Jawa Tengah memilki pola arsitektur candi utama di tengah dan candi candi perwara di sekelilingnya. Pola ini merupakan pola khas candi Jawa Timur dari kerajaan Kediri sampai Kerajaan Majapahit. Kompleks Candi Penataran secara umum dikelompokan menjadi tiga bagian, yakni bagian halaman depan, tengah dan belakang. Berikut adalah penjelasan bagian arsitektur yang berada di Candi Penataran.
1. Halaman Depan

- Pintu Gerbang Utama
Pintu gerbang utama terletak di halaman depan di sebelah barat laut. Di sekitarnya Anda juga bisa melihat sisa pintu gerbang kompleks candi yang terbuat dari batu bata, Sisa pintu gerbang ini berlokasi di sebelah timur arca Dwarapala. (Baca Juga : Sejarah Benua Atlantis )
- Arca Dwarapala
Kedua arca ini merupakan arca yang mengapit pintu gerbang sehingga dikenal juga sebagai penjaga pintu. Masyarakat setempat menyebut Arca Dwarapala ini sebagai Reco Pentung. Disini Anda bisa melihat pahatan angka yang bertuliskan 1242 Saka atau 1320 Masehi. (Baca Juga : Sejarah Benua Antartika )
- Bale Agung
Selanjutnya, Anda bisa melihat Bale Agung di kawasan halaman depan Candi Penataran. Bale Agung ini berlokasimenjorok ke depan di sisi barat laut halaman depan. Keseluruhan Bale Agung dibuat dari batu dengan dinding yang polos dan dua tangga di sebelah tenggara. Bangunan ini digunakan sebagai sarana musyawarah bagi pendeta. Banguan ini memiliki luas 37 m x 18,84 m x 1,44 m. (Baca Juga : Sejarah Freeport )
- Pendopo Teras
Setelah Bale Agung, Anda bisa melihat Pendopo teras yang terletak di sebelah tenggara Bale Agung. Bangunan ini berbentuk persegi panjang dengan luas 29,05 m x 9,22 m x 1,5 m. Tempat ini dikatakan memiliki fungsi sebagai tempat meletakan sesajen dalam upacara keagamaan. Pendopo ini juga biasa dijadikan tempat istirahat raja maupun bangsawan kerajaan lainnya. Seperti Bale Agung, Pendopo Teras juga dililit teras ular dimana kepalanya menyembul diantara pilar bangunan. Anda juga bisa melihat beberapa relief di tembok penopo teras ini. Relief-relief ini bercerita tentang kisah Bubhuksah dan Gagang Aking, Sri Tanjung dan Sang Setyawan.
- Candi Angka Tahun
Dari pendopo teras, sekarang kita menuju Candi Angka Tahum. Candi ini memiliki nama lain Candi Brawijaya dan Candi Ganesha. Candi ini bisa disebut sebagai salah satu bangunan paling terkenal di kawasan Candi Penataran. Di candi ini tertulis angka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi. Candi Angka Tahun mempunyai pintu masuk di sebelah barat laut. Di dalam candi Angka Tahun, Anda bisa melihat arca Ganesha yang dibuat dari batu. Arca Ganesha ini dibuat sedang duduk di padmasana. Di candi ini juga terlihat relief Surya Majapahit yang terletak di atas batu penutup cungkup candi.
2. Halaman Tengah

- Arca Dwarapala
Seperti halaman depan, di halaman tengah Anda juga bisa melihat dua buah Arca Dwarapala namun dengan ukuran yang lebih kecil. Di arca ini, terlihat pahatan tahun yang tertulis 1214 Saka atau 1319 M. Arca di halaman tengah ini memiliki usia setahun lebih tua dari arca di bagian halaman depan. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Mataram Kuno)
- Sisa bangunan dari batu dan bata
Di bagian halaman tengah, Anda juga bisa melihat sisa bangunan berjumlah 6 buah yang terbuat dari batu dan bata. Sisa bangunan ini antara lain candi tanpa penutup atas, batur dan sisa pondasi dari bata. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Samudera Pasai )
- Candi Naga
Dinamakan Candi Naga karena arsitektur tubuh candi ini dililit oleh naga di sekelilingnya. Disini juga terlihat penyangga berbentuk tokoh tokoh yang berkostum raja yang terletak di sudut bangunan, tengah dinding dan sebelah kiri dan kanan pintu masuk. Relief yang ada di Candi Naga ini merupakan jenis relief buatan motif medalion. Candi Naga ini memiliki luas 6,57 m x 4,83 m x 4,7 m. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Tarumanegara )
- Pondasi Bata
Bagian selanjutnya di halaman tengah adalah pondasi bata. Pondasi bata ini terletak di sisi timur candi dengan arah menghadap barat daya. Sisa bangunan berupa pondasi bata ini memiliki luasan masing masing 10 m x 20 m.
3. Halaman Belakang

- Candi utama
Di bagian ini, Anda bisa melihat tiga buah teras yang memiliki tinggi masing masing 7,19 meter. Di kawasan candi utama, terdapat arca mahakala di sisi tangga. Disini bisa dilihat pahatan angka tahun yang menunjukan tahun 1269 Saka atau 1347 masehi. D bagian teras pertama, Anda bisa melihat relief cerita Ramayana yang tergambar di sekeliling dinding candi utama. Untuk membaca relief ini, Anda harus mengikut arah prasawijaya yang dimulai dari sisi barat lain. Selanjutnya di teras dua terdapat relief berupa cerita Krçnayana. Berbeda dengan relief ramayana, relief ini dibaca dengan cara pradaksina yakni dibaca searah jarum jam. Terakhir, di teras ketiga Anda bisa melihat relief dengan gambar naga dan singa bersayap. Teras ketiga ini memiliki bentuk bujur sangkar. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Demak)
Di sebelah barat daya halaman candi utama ini, Anda bisa melihat dua buah sisa bangunan yang merupakan candi kecil yang terbuat dari batu. Candi jenis ini disebut dengan klein heligdom atau bathara kecil. Selain itu terhadap sisa bangunan berbentuk pondasi bata. Kedua sisa bangunan ini menghadap ke sisi barat daya candi. Anda juga bisa melihat lingga yang terbuat dari batu dengan nama Prasasti Palah yang terletak berderet dengan dua sisa bangunan. Disini juga terdapat kolam yang tertulis tahun angkat 1337 Saka atau 1415 M. Kolam ini terletak di belakang candi utama di sisi tenggara dekat sungai.
- Prasasti Palah
Bagian lain di halaman belakang adalah Prasasti Palah. Prasasti ini dibuat oleh Raja Srengga di tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai sarana penyembahan Bathara Palah sebagaimana tertulis di Prasasti Palah. Di dalam prasasti ini disebutkan bahwa Sri Maharaja senantiasa setiap hari beradadi tempat Bathara Palah.
Jadi itulah sejarah candi penataran yang sangat terkenal di daerah jawa timur. Candi ini pula menjadi salah satu candi kebanggaan indonesia dan sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan luar negeri. Semoga menambah pengetahuan anda dan menambah kecintaan anda terhadap candi di indonesia.